Joko, Aku Polisi
hal 111
Kami semua terjaga lalu bergegas mencari suara nenek. Terdengar suara berasal dari kamar mandi. Kami datang bersamaan di kamar mandi. Aku berteriak keras melihat kakek sudah terbujur kaku dengan mata terbelalak dan mulut mengluarkan busa berwarna putih. Kesadaraan kakek sudah hilang.
Air mataku bercucuran keras. Aku sedih dengan kehilangan kakekku. Papa dan mama segera menghampiri nenek. Papa berusaha mengangkat tubuh kakek di ruang tamu.
Dengan tertaih-tatih di bantu mama dan aku, kami menempatkan tubuh kakek yang kaku di sofa panjang. Cristina tak kuasa menahan tanggis memilukan. Bahkan Crist menanggis histeris lalu memeluk mama. Mereka semua tak kuasa menahan tangis. Nenek memeluk erat tubuh kakek yang terbujur kaku.
Beberapa menit kemudian nyawa kakek tak bisa terselamatkan lagi,. Kami semua tak kuasa melihat sosok kakek yang membujur kaku dengan wajah sedikit kesakitan. Mungkin kakek terserang stroke.
Padahal kakek tidak memiliki riwayat penyakit mematikan seperti ini. Sebab nenek tidak mempunyai firasat apapun Semua sangat terkejut atas peristiwa yang memilukan ini. Sebuah bencana bagi manusia salah satunya yaitu kematian, di tinggal pergi selam-lamanya, kembali kepadaNya. Kami makamkan di kuburan Putat Jaya esok harinya.