Novel Pembunuhan 158

afs

Joko, Aku Polisi

hal 158

”E……e…..pak Lukas, apa yang baru saja katakan tidak keliru! Apa kami berdua tidak salah dengar! Sebab kami telah berdiskusi bersama Joko namun tidak pernah sekalipun Joko membahas masalah. Kami benar- benar terkejut.”

”Kami melakukkan ini di dorong rasa cinta kepada anak-anak. Sebagai orang tua apalah salah kalau kita bisa sedikit meringankan biaya Joko. Sebab istri saya akan mengajukkan keringan biaya kepada universitas lalu membantu biaya bila ada kekurangan. Nanti kami ingin kita semua saling berbagi keuangan antara saya dengan bapak. Sayang kalau Joko tidak sampai kuliah.” penjelasan ini semoga ada pengertian dan pemahaman yang sama di benak mereka pikir papa.

”Ya…kami paham, memang kuliah di UKWM rasanya biaya kami tidak akan sampai terlalu mahal bagi kami. Namun……………,” pak Remo terdiam kepala menunduk melihat lantai keramik warna putih dengan tatapan serius, bibir mengatup, kedua lengannya bersandar di lengan kursi, sedangkan bu Sri masih terdiam mungkin berpikir apakah menerima tawaran atau menolaknya. Mereka berdua sepertinya tak yakin atas apa yang baru saja dikatakan papa.

Lalu pelan-pelan pak Remo mengangkat kepalanya menyandarkan punggungnya di kursi, menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan pelan-pelan, mungkin juga pak Remo tidak ingin salah ngomong, salah komentar atau salah dengar. Papa meneruskan omongannya.

” Pak dan bu Lukas saya rasa niat tulus yang ada dalam hati bapak dan ibu benar-benar membuat saya dan istri ingin menanggis. Kami berdua tak menyangka kebaikkan dan kejujuran akan membantu kami berdua. Saya juga ingin mengkuliahkan Joko namun bukan di Universitas Khatolik Widya Mandala, kan masih banyak universitas yang biayanya terjangkau bagi kami. Tapi Joko bersikeras tidak akan kuliah kalau tidak sama-sama John. Kalau begitu terima kasih atas bantaunya.”

Ibu Sri nampaknya juga senang.

Leave a comment